banner 728x250

Sakral dan Penuh Makna, Bedol Pusaka Grebeg Suro Ponorogo Tarik Perhatian hingga Mancanegara

Digelar Rabu tengah malam (25/6), prosesi sakral ini disaksikan ribuan warga dari berbagai daerah bahkan mancanegara yang memadati jalur kirab sejak dini hari hingga Kamis (26/6) sore.

ProKontra, Ponorogo – Kirab Bedol Pusaka Grebeg Suro 2025 kembali menyita perhatian publik. Digelar Rabu tengah malam (25/6), prosesi sakral ini disaksikan ribuan warga dari berbagai daerah bahkan mancanegara yang memadati jalur kirab sejak dini hari hingga Kamis (26/6) sore.

Kirab berlangsung khidmat. Lima pusaka sakti diarak tanpa suara, tanpa alas kaki, dan tanpa cahaya lampu – mengedepankan kesunyian dan kekhusyukan. Pasukan pusaka atau bergodo, mengenakan busana adat khas Ponorogo, melangkah dari Pringgitan atau Rumah Dinas Bupati menuju kompleks makam Batoro Katong.

“Ini bukan sekadar kirab benda pusaka. Ini kirab nilai, kirab semangat gotong royong dan kebersamaan yang diwariskan nenek moyang kita,” tegas Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko usai melepas rombongan kirab.

Lima pusaka yang diarak antara lain Payung Songsong Kiai Tunggul Wulung, Tombak Kiai Tunggul Nogo, Angkin Cinde Puspito, Tombak Kiai Bromo Geni, serta pusaka baru bernama Kiai Pamong Angon Geni.

Yang terakhir menarik perhatian karena sarat makna. “Ini pusaka baru karya para empu Ponorogo. Filosofinya dalam: pemimpin harus bisa menggembalakan api. Kalau berhasil, api jadi penghangat, jadi semangat rakyat. Tapi kalau gagal, bisa membakar semuanya,” jelas Kang Giri, sapaan akrab Bupati Sugiri.

Usai dijamas di makam Batoro Katong, pusaka kembali dikirab keesokan harinya menuju Pringgitan. Jumlah warga yang turut serta pun lebih banyak, menjadikan prosesi penutupan Bedol Pusaka semakin meriah dan penuh semangat.

Menurut Gaguk Hermanto, panitia Bedol Pusaka, kirab ini menyimbolkan perjalanan sejarah berpindahnya pusat pemerintahan Ponorogo di masa lampau. “Kirab ini bukan hanya mengenang sejarah. Tapi juga menyatukan batin masyarakat,” ungkapnya.

Peserta kirab tak hanya dari Ponorogo. Warga dari Lampung hingga Prancis pun ikut larut dalam nuansa budaya yang kuat. Fakta ini memperkuat posisi Grebeg Suro sebagai agenda budaya nasional yang telah menembus panggung internasional.

“Selama masih ada yang percaya pada nilai luhur dan kebersamaan, pusaka-pusaka ini akan terus hidup,” pungkas Kang Giri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *