banner 728x250

Tak Diizinkan Lewat Jalan, Warga di Ponorogo Usung Jenazah Seberangi Sungai

Tangkapan layar video berdurasi 58 detik yang beredar luas di media sosial menunjukkan keranda jenazah dibawa menyebrangi sungai berbatu.

ProKontra, Ponorogo – Video puluhan warga menggotong keranda jenazah menyeberangi sungai kembali menggugah perhatian publik. Peristiwa ini terjadi di Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.

Warga terpaksa menuruni lereng curam dan menyusuri Sungai Guyangan demi mengantar jenazah ke pemakaman umum, lantaran akses utama ditutup pemilik lahan.

Video berdurasi 58 detik yang beredar luas di media sosial menunjukkan keranda jenazah dibawa menyebrangi sungai berbatu.

Momen yang semestinya khidmat itu berubah menjadi perjalanan penuh perjuangan.

Alasan di baliknya cukup mengagetkan: pelayat dilarang lewat jalan desa yang melintasi depan rumah salah satu warga di Desa Tugurejo.

“Sudah berkali-kali kejadian seperti ini. Warga tidak boleh lewat karena katanya nanti rumahnya angker kalau dilewati jenazah,” ujar Tri Utami, salah satu warga Wates, Minggu (20/4).

Jenazah yang diantar adalah almarhum Mulyadi (38), warga Wates. Pemakaman umum tempat peristirahatan terakhirnya berada di Desa Tugurejo, yang secara geografis lebih dekat dan selama ini memang digunakan warga Wates yang tinggal di perbatasan.

Namun masalah bermula dari penolakan satu keluarga yang tinggal di sekitar jalur menuju TPU Guyangan. Mereka bersikukuh melarang rombongan pengantar jenazah melintasi depan rumahnya. Akses tersebut satu-satunya jalur aman menuju lokasi makam.

Kepala Desa Tugurejo, Siswanto, membenarkan situasi pelik ini.

“Sudah pernah dimediasi. Tapi belum ada titik temu. Warga tetap tidak diizinkan lewat. Padahal jalur lain sangat sulit, harus lewat sungai,” jelasnya.

Menurutnya, sejak dulu warga dari dua dukuh di Wates tidak memiliki TPU sendiri, sehingga menggunakan lahan makam di Tugurejo. Namun belakangan, ketegangan muncul karena keyakinan pribadi pemilik rumah soal mitos rumah angker.

Siswanto berharap Pemkab Ponorogo segera turun tangan. “Kami butuh solusi permanen. Warga sudah terlalu lama menghadapi kesulitan ini,” tandasnya.

Warga desa berharap pemerintah bisa membuka kembali akses jalan desa seperti semula, demi kemanusiaan. Mereka ingin agar prosesi pemakaman tak lagi menjadi perjuangan yang membahayakan keselamatan.

“Bukan soal adat atau keyakinan, ini soal rasa kemanusiaan. Jenazah pun butuh dihormati di perjalanan terakhirnya,” ujar seorang warga yang enggan disebut namanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *