banner 728x250

Penghasilan Pengemis di Ponorogo Capai Rp 6 Juta/Bulan, Punya 3 Motor dan Masih Terima Bansos

ProKontra, Ponorogo – Sebuah keluarga pengemis di Ponorogo membuat heboh. Alih-alih hidup dalam kesulitan, mereka justru meraup penghasilan hingga Rp 6 juta per bulan dari meminta-minta di jalanan.

Tak hanya itu, mereka bahkan memiliki tiga sepeda motor dan masih menerima bantuan sosial dari pemerintah.

WN (40), seorang ibu yang sering mengajak anak balitanya saat mengemis, mengaku bisa mendapatkan Rp 200.000 per hari, bahkan dalam waktu tiga jam saja sudah mengumpulkan Rp 160.000.

“Kami bisa mengumpulkan hingga Rp 6 juta sebulan,” ungkapnya, Senin (10/3/2025). Suaminya yang juga mengemis di lokasi lain memiliki penghasilan serupa.

Fenomena ini terungkap dalam operasi penertiban yang dilakukan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Dinsos P3A) Ponorogo.

Kepala Dinsos P3A, Supriyadi, menyebut bahwa laporan dari masyarakat semakin banyak, terutama menjelang bulan Ramadhan, di mana jumlah pengemis meningkat drastis.

“Kami pun melakukan operasi penertiban. Pengemis yang ibu-ibu ini, kami amankan di perempatan pabrik es,” ujar Supriyadi.

Namun, meski sudah berkali-kali terjaring razia, WN dan keluarganya tak jera. Mereka terus berpindah-pindah lokasi untuk menghindari petugas. Bahkan, anaknya yang lebih besar sudah memiliki sepeda motor sendiri dari hasil mengemis.

Yang lebih ironis, WN juga tercatat sebagai penerima berbagai bantuan sosial pemerintah, termasuk Program Indonesia Pintar (PIP). Namun, bantuan tersebut tampaknya tak menghentikan mereka dari aktivitas mengemis.

“Meski kami sudah memberikan pembinaan, mereka tetap memilih untuk kembali mengemis. Mereka berpindah tempat begitu, jika di sini ada operasi, mereka pindah ke kota lain,” kata Supriyadi.

Dinsos Ponorogo pun mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dalam memberikan sedekah.

“Kami minta masyarakat untuk lebih bijaksana dalam memberikan sedekah. Lebih baik disalurkan melalui lembaga yang resmi dan terpercaya, agar bantuan benar-benar sampai kepada yang membutuhkan,” tegasnya.

Dengan fenomena ini, kesadaran masyarakat dalam menyalurkan bantuan secara tepat menjadi hal yang semakin penting agar tidak terjadi penyalahgunaan dan ketimpangan sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *