banner 728x250

Dinkes Magetan: Kasus HIV/AIDS Terus Naik, Warga Diminta Rutin Periksa Kesehatan

Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan.

ProKontra, Magetan – Temuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Magetan terus bertambah. Hingga pertengahan 2025, Dinas Kesehatan mencatat total 344 kasus, dengan 57 kasus di antaranya baru terdeteksi dalam empat bulan terakhir.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Magetan, Suwantyo, mengatakan sebagian besar kasus ditemukan pada kelompok usia produktif, 25–39 tahun.

“Sebanyak 344 kasus akumulatif ini kami temukan sejak beberapa tahun terakhir. Dari jumlah itu, 57 di antaranya terdeteksi hanya dalam empat bulan terakhir tahun ini,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).

Data menunjukkan tren kasus HIV/AIDS di Magetan meningkat setiap tahun. Pada 2020 ditemukan 51 kasus, kemudian bertambah menjadi 53 kasus di 2021, melonjak jadi 73 kasus di 2022, dan mencapai 111 kasus pada 2023. Tahun lalu, ada tambahan 100 kasus baru.

“Pola peningkatan ini menunjukkan bahwa penularan masih berlangsung aktif, dan sebagian besar penderitanya tidak mengetahui sejak kapan terinfeksi. Saat diperiksa, kondisinya sudah menunjukkan gejala yang cukup berat,” lanjut Suwantyo.

Menurutnya, deteksi dini sangat penting agar penderita bisa segera mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) secara rutin. Jika disiplin menjalani terapi minimal enam bulan, risiko penularan dapat ditekan hingga virusnya tidak terdeteksi.

Namun, Suwantyo mengakui pelacakan penyebab penularan seringkali terhambat karena pasien kurang terbuka soal riwayat perilaku berisiko.

“Kadang pasien sudah membawa virus itu selama dua tahun lebih, tapi baru ketahuan setelah drop. Inilah pentingnya skrining rutin, terutama pada komunitas rentan,” katanya.

Dinkes Magetan juga aktif melakukan skrining lapangan menggunakan mobil PCR, menyasar tempat-tempat rawan seperti kafe, pasar, hingga tempat hiburan malam. Suwantyo menegaskan pihaknya bekerja sama dengan Satpol PP dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

“Kita bekerja sama dengan Satpol PP untuk mendatangi titik-titik rawan. Komunitas rentan seperti wanita pekerja seks (WPS) juga menjadi sasaran utama. Tapi ini tidak mudah,” jelasnya.

Tak hanya itu, upaya edukasi dan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS juga menyasar kalangan pelajar dan remaja di sekolah.

“Kuncinya adalah keterbukaan dan deteksi dini. Kami mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatannya dan tidak takut melakukan pemeriksaan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *