banner 728x250

Berangkat Bersih Pulang Harus Bersih : Awal Mula CFD Didirikan

Ilustrasi Saat CFD berlangsung disetiap Minggu Pagi

ProKontra, Magetan – Pagi 2 Februari 2025, saat itu penulis lagi ngantar dagangannya untuk mengikuti CFD seperti biasanya didepan Praktek Dokter Mahatna atau tepatnya di Jalan Sumatera paling Timur sendiri.

Lalu Inisiator CFD Rudi Setiawan memanggil Mak ayo ngopi sini lo, kemudian penulis mendekati Rugos panggilan akrab Rudi Setiawan, akhirnya terjadi perbincangan awal mulanya didirikannya CFD.

Dan kemudian merambat ke pembicaraan didirikan sebuah paguyuban CFD, Rugos menjelaskan pengurus harus paham dulu tugas dan fungsinya sebagai pengurus.

“Dicontohkan sampean mak, datang pagi nengantar dagangan itu merupakan sebuah tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga untuk mencari nafkah untuk anak dan istri, begitu juga sebagai pengurus paguyuban CFD, mereka yang ditunjuk jadi pengurus untuk membuat yang awalnya CFD adem, ayem, damai sesama pedagang lebih dari itu jangan membuat gaduh atau ruwet,” papar Rugos.

Lanjut Rugos, memang kemarin ada yang laporan para pemilik toko merasa sampah menumpuk setelah CFD akhirnya dari pihak Kelurahan melakukan pungutan kepada setiap pedagang Rp. 2.000,- lalu saya sebagai inisiator keliling lokasi CFD melihat  ada pedagang yang tidak menimbulkan sampah, kalau semua ditariki ini rasa keadilan sudah tidak ada.

“Lalu pedagang yang tidak menimbulkan sampah saya tanyai bagaimana dengan tarikan sebanyak Rp. 2.000 merasa keberatan apa tidak? Beliau yang bersangkutan tidak merasa keberatan, karena saya sudah bisa jualan disini sangat terimakasih banget,” jelas Rugos.

Memang kemarin kita sempat diundang untuk mengikuti rapat di Foodcort Pasar Baru Magetan, saat itu undangan jam 09.00 WIB, namun kita tunggu sampai jam 10.30 WIB rapat juga belum dimulai.

“Ini merupakan budaya yang harus dibuang, karena kita datang rapat itu merupakan hal yang penting, tapi kalau waktunya mundur itu tidak bisa diteloransi emangnya mereka yang datang apa tidak punya pekerjaan kok tidak kasihan, mana yang dinamankan pemimpin yang disiplin,” tandas Rudi.

Padahal masyarakat itu nurut apa yang intruksikan pemerintah, jangankan hal yang baik, dibohongipun merekan tetap nurut, nah ini semua harus saling intropeksi diri demi kebaikan bersama.

“Sebagai Pejabat, pengurus yang ditunjuk berilah kenyamanan dan contoh yang baik, apa bila ada iuran jelaskan peruntukannya untuk apa saja, dan tidak ada urunan buat pikni yang setiap Minggu harus setor Rp. 50.000 buat piknik, urunan buat kaos seragam tolong itu dihindari pasti akhirnya ruwet,”pungkas Rugos.

Penulis: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *